Jumat, 05 Desember 2008

Ketua Yayasan Budi Bhakti Kota Palopo, Benny Wijaya

Sebaiknya, Ada Etnis Tionghoa Duduk di DPRD Palopo

Masyarakat etnis Tinghoa berpose bersama wakil Walikota Palopo berpose bersama Wakil Walikota Palopo, Ir H Rahmat Masri Bandaso dan Camat Wara, Muh Ansir Ismu, usai menyalurkan bantuan korban banjir.  Selama penanganan banjir, sebanyak 3 kali organisasi sosial masyarakat etnis Tionghoa ini menyalurkan bantuan.

-------------------------------------------------------------------------------------------

MESKI sulit menyatukan suara masyarakat etnis Tionghoa untuk memilih salah satu caleg dari etnis Tionghoa yang maju bertarung dalam Pemilu Legislatif 2009 di Kota Palopo, namun Ketua Yayasan Budi Bhakti Kota Palopo, Benny Wijaya, sangat setuju bila ada caleg dari etnis Tionghoa yang lolos ke parlemen. 
 
"Memang sulit mengarahkan suara masyarakat etnis Tionghoa mendukung salah satu satu caleg dari etnis Tionghoa, tetapi kalau suara etnis Tionghoa bisa utuh, maka peluang caleg etnis Tionghoa duduk di DPRD Palopo sangat terbuka lebar," kata Benny Wijaya saat berbincang-bincang dengan Posmetro Palopo, akhir pekan ini.
 
Benny secara tegas menyatakan, organisasi masyarakat etnis Tionghoa yang dipimpinnya, Yayasan Budi Bhakti, tidak terlibat dalam politik praktis, karena bergerak dalam bidang sosial. Namun diakuinya, tidak menutup kemungkinan, anggota Yayasan Budi Bhakti secara pribadi, menjadi tim sukses salah satu caleg dari etnis Tionghoa jelang Pemilu 2009.
 
Kembali ke persoalan banyaknya etnis Tionghoa jadi caleg dari partai politik berbeda, Benny secara pribadi memberikan apresiasi positif. Ia menilai, semua caleg dari etnis Tionghoa adalah putera daerah terbaik. 
 
Cuma, Benny secara pribadi sangat menyayangkan, caleg etnis Tionghoa yang maju baik di daerah pemilihan I dan II, saling bersaing dan tidak ada yang mau 'mengalah' satu sama lainnya agar suara masyarakat etnis Tionghoa bisa menempatkan 'perwakilannya' di parlemen.
 
Menurut Benny, suara masyarakat etnis Tionghoa yang berkisar 2.000-an orang di setiap daerah pemilihan (dapil), jika utuh mendukung salah satu caleg, maka sangat berpotensi mendudukkan satu caleg untuk masing-masing dapil di Kota Palopo. "Tapi karena semuanya ngotot, maka saya ragu tidak ada caleg dari etnis Tionghoa yang bisa lolos ke parlemen," katanya.
 
Lantas, bagaimana agar suara masyarakat etnis Tionghoa bisa utuh dan diarahkan kepada salah satu caleg? Benny menyatakan, dibutuhkan 'campur tangan' dari semua masyarakat etnis Tionghoa, termasuk para sesepuh warga 'Chipal' (China Palopo) untuk bisa duduk bersama mencari 'jalan terbaik'. Misalnya, para sesepuh masyarakat etnis Tionghoa memediasi agar suara masyarakat etnis Tionghoa dalam Pemilu 2009 mendatang, bisa diarahkan kepada salah satu caleg yang dianggap punya kapasitas dan integritas memawakili masyarakat etnis Tionghoa di parlemen. 
 
Untuk diketahui, seperti diberitakan Posmetro Palopo edisi sebelumnya, dalam
Daftar Caleg Tetap (DCT) di dua dapil yang ditetapkan KPU, sedikitnya dua sampai empat warga 'Chipal' diusung parpol sebagai caleg. Mereka, di antaranya Megalena Yuli T diusung Partai Kasih Demokrasi Indonesia sebagai caleg nomor urut 3 di dapil I, Irwan Iendho Z caleg nomor urut 4 PDIP di dapil I, Roni, caleg nomor urut 6 PNBKI di dapil I, dan Kartina Honny S diusung PAN dengan nomor urut 9.
 
Untuk dapil II, PDP mengusung Yerry Lindayal di nomor urut 5, dan Claudia Ciulyawaty, SE, diusung Partai Demokrat nomor urut 9. Sementara Puspa Indah Yanti yang bersuamikan pria etnis Tionghoa juga diperhitungkan meraup suara dari etnis Tionghoa. Ia diusung sebagai caleg nomor urut 3 Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI) di dapil II.
 Dengan mengusung warga 'Chipal' jadi caleg, parpol berharap bisa memperoleh suara signifikan untuk mendapatkan kursi di parlemen. Parpol tampaknya ramai-ramai membidik suara etnis Tionghoa di dua dapil dalam Pemilu 2009 di Kota Palopo, 9 April tahun depan. (*)


1 komentar:

goooooood girl mengatakan...

your blog is feel good......